Senin, 20 Juli 2009

Innalillahiwainnailaihiroji'uun, Lagi-lagi Allah SWT Mencabut IlmuNya Lewat Sesosok Syekh Abdullah Bin Abdirrahman Bin Jibrin (FD9)


Innalillahiwainnailaihiroji'uun, Lagi-lagi Allah SWT Mencabut IlmuNya Lewat Sesosok Syekh Abdullah Bin Abdirrahman Bin Jibrin (FD9)
Oleh Nanda Munirah
Kembali umat Islam di seluruh dunia kehilangan sosok yang senantiasa memberikan nasehat dan wasiat berharga buat umat ini. Umat Islam di seluruh dunia patut berduka karena pada hari Senin tanggal 20 Rajab 1430H, bertepatan dengan tanggal 13 Juli 2009M pada jam 2 siang waktu Saudi Arabia, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin -rahimahullah-, salah seorang ulama kibar di Saudi Arabia telah meninggal dunia.

Ia menamatkan studi di Ma'had Imam Dakwah, Riyadh tahun 1381 H. Setelah itu ia diterima menjadi tenaga pengajar di sekolah yang sama. Ia bekerja sebagai tenaga pengajar hingga berikutnya ia diminta pindah ke Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud Islamiyah menjadi dosen di Fakultas Syariah dan Ushuluddin tahun 1395 H, yaitu sebelum dua kuliah tersebut dipisah menjadi dua. Ia masuk sebagai staf akademik fakultas tersebut dan selama ia aktif di sana telah banyak membimbing disertasi Magister.

Pada tahun 1402 H, beliau ditetapkan sebagai anggota komisi fatwa di Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa, dekat dengan gurunya Syaikh Abdul Aziz bin Baz -rahimahulloh-. Pengabdiannya di dewan tersebut merupakan akhir karirya dan setelah itu ia memasuki masa pensiun di bulan Rajab 1418 H. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjaganya.

Syaikh Jibrin meraih gelar Magister dari Perguruan Tinggi Kehakiman tahun 1390 H. dengan judul disertasi "Akhbar al-Aahad fi al-Hadits an-Nabawi" dengan yudisium cumlaud. Gelar doktomya diraih dari perguruan tinggi yang sama pada tahun 1407 H. mentahqiq (investigasi) terhadap buku "Syarah az-Zarkasy 'ala Mukhtashar al-Khuraqi" dengan yudisium cumlaud level pertama. Dalam disertasi itu ia bertugas mentaqhiq dan mentakhrij (foot­note) hadits sebanyak 7 jilid buku dan buku-buku itu sekarang dicetak dan beredar di toko-toko buku.

Kegiatan harian
Jadwal kegiatan harian Syaikh dimulai dari setelah shalat Subuh memberikan ceramah di salah satu masjid sampai matahari terbit, kemudian pulang ke rumah untuk istirahat. Setelah istirahat, berangkat ke kantor Dewan Riset Ilmiah dan Fatwa. Di kantor, ia menjawab pelbagai pertanyaan tentang masalah keagamaan.

Meskipun penanya-penanya itu ramai setiap hari, ia tidak pemah jenuh. Ia siap membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, dan meringankan beban siapapun yang memerlukan. Ia bersedia mengangkat dering telepon penanya. Pesawat teleponnya tidak pernah berhenti berdering.

Demikianlah kesibukannya sehari-hari. Kerap kali ia orang yang paling terakhir pulang dari kantor Fatwa, bahkan ia sendiri yang mematikan lampu-lampu. Setelah shalat Ashar rumahnya terbuka untuk umum, juga ia menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang masalah agama. Kalau perlu, ia memberikan orientasi, atau memberikan rekomendasi bagi siapa saja yang membutuhkan, sampai masuk waktu Maghrib. Kemudian, ia berangkat ke salah satu masjid di kota Riyad untuk mengisi jadwal pengajian mingguan, mengingat jumlah jadwal pengajiannya dalam seminggu sampai sebelas kali. Setelah sha!at Isya berangkat lagi ke masjid lain, kadang mengisi pengajian, atau seminar dan lain-lain.

Demikianlah jadwal harian Syaikh yang sarat dengan muatan dakwah kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala sepanjang pekan. Semoga martabatnya ditinggikan Alloh Subhanahu wa Ta’ala di sisi-Nya.

Keistimewaan Syaikh
Syaikh dikenal sebagai orang yang tawadhu (rendah hati). la sedikit bicara dan tidak akan bicara, kalau tidak karena menjawab pertanyaan. Kalau ulama lain berseberangan pendapat dengannya mengenai suatu hukum atau fatwa syariah, dengan tawadhu ia mengatakan, "mereka adalah ulama dan kita mesti menghormatinya." Dalam hal menanggapi pendapat ulama lain, ia tidak mau mendebat dengan cara yang kasar dan radikal. Apabila Syaikh Jibrin diundang mengisi pengajian atau ceramah agama di daerah manapun, ia tidak pernah menolak, selama dirinya tidak terikat dengan jadwal atau janji pada pihak lain. Syaikh Jibrin senantiasa berbaik sangka dan tidak pernah merasa iri terhadap siapapun dari kaum ahli sunnah wal jamaah, -sepengetahuan saya dan hanya Allahlah yang lebih tahu- ia selalu tawadhu dalam segala hal. Orang-orang yang mengenalnya pasti menyukainya karena kelapangan hatinya. Tidak mau menolak pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang yang minta bantuan. la penuhi permintaan mereka sendirian. Segenap waktunya adalah pengabdian kepada Allah dan agama. Hidupnya dipenuhi dengan kalimat-kalimat Allah atau dengan sabda-sabda Rasululloh ShallAllohu ‘alaihi wa Sallam.

Beliau -rahimahullah- dishalatkan tanggal 21 Rajab 1430H/14 Juli 2009 M, ba’da shalat zhuhur di Jami’ Al-Imam Turky bin Abdullah (al-Jami’ al-Kabir) Riyadh.

Kita memohon kepada Allah agar melimpahkan kepada beliau rahmat-Nya dan membalasnya dengan sebaik-baik ganjaran atas segala jasa beliau terhadap kaum muslimin. Serta menjadikan beliau bersama para malaikat di surga Firdaus yang paling tinggi. Insya Allah, Innalillah wa inna ilaihi raji’un.

Martabat dan ketinggian yang ada padanya, dikarenakan ketawadhuannya, mengingat hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Imam Turmudzi dan Imam Ahmad, "Barangsiapa yang bersikap tawadhu', Allah pasti akan mengangkat martabatnya. " Apalagi bagi seorang yang diberi ilmu pengetahuan, wara' dan tawadhu'. Semoga Allah mengampuni kita semua, kita dapat meraih surga dan terhindar dari siksa neraka. ,Washallahu wa sallam `ala Muhammad wa alihi wa shahbihi.
--------
Mengenang Fadhiilatusy Syaikh Abdullah bin Abdirrahman bin Jibrin RahimahulLah
WaQaddasalLaahu ruuhah wa ghafaralLaahu lahuu wa li waalidayhi Aamiin.
=====================================================

Komentar
========

Dianah Suffy berkata : Innalillahiwainnaailaihirajiuum.

Ni pertanda bahwa ilmu agama semakin berkurang "ditilik dari kacamata hadits".
------------------------------------------

Robbi Syahli berkata : innalillahiwainnaailaihirajiuum
da yg kmbl kpd pangkuan-a kmbl.
------------------------------------------

Ilan Rawi berkata : Innalilahiwainnailaihirajiuun..
Smoga Allah SWT mengampuni sgala dosanya dan memberikan tempat yg layak di sisi NYA,amin ya Rabbalalamin..
============================

Catatan SBB.

قال ربيعة لا ينبغي لآحد شيئ من العلم أن يضيّع نفسه
Rabi'ah berkata : Tidak selayaknya bagi seseorang menyia-nyiakan ilmu yang ada pada dirinya.

عن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم، ويثبت الجهل، ويشرب الخمر، ويظهر الزنا
Dari Anas ra. berkata, Rosulullah saw. telah bersabda : "Diantara tanda-tanda hari kiamat itu terangkatnya ilmu pengetahuan, menjamurnya kebodohan, minuman-minuman keras dilakukannya, dan perzinaan sudah tampak dimana-mana.
(HR. Bukhari)

ومن العلامات التي أخبر بها رسولنا الكريم -صلى الله عليه وسلم-: قلة العلم وانتشار الجهل في الأمة، حيث يكثر الفساد قبل قيام الساعة وذلك بسبب قلة العلم بل وفقده حتى يرفع المصحف من السطور والصدور. فعن أبي موسى وعبد الله بن مسعود -رضي الله عنهما- قالا: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: إن بين يدي الساعة لأياماً ينزل فيها الجهل، ويرفع فيها العلم، ويكثر فيها الهرج، والهرج: القتل. وعن أنس رضي الله عنه قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: إن من أشراط الساعة أن يرفع العلم، ويثبت الجهل، ويشرب الخمر، ويظهر الزنا وعن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي -صلى الله عليه وسلم- قال: يتقارب الزمان، وينقص العمل، ويلقى الشح، وتظهر الفتن، ويكثر الهرج قالوا: يا رسول الله، أيم هو؟، قال:القتل القتل

===============================================

Ilmu Agama akan hilang/mulai ditinggalkan orang


Di antara tanda akan datangnya kiamat lagi ialah akan dihapuskannya ilmu (tentang Ad-Din) dan merajalelanya kejahilan.

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat ialah dihilangkannya ilmu (tentang Ad-Din) dan tetapnya kejahilan". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'i Al-Ilmi wa Zhuhuri Al-Jahli 1:178, Shahih Muslim, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'i Al-Ilmi wa Qabdhihi wa Zhuhuri Al-Jahli wa Al-Fitan fi Akhir Az-Zaman 16:222].

Imam Bukhari meriwayatkan dari Syaqiq, katanya : Saya pernah bersama-sama dengan Abdullah dan Abu Musa, mereka berkata : Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya menjelang datangnya hari kiamat akan ada hari-hari diturunkannya kejahilan dan dihilangkannya ilmu (Ad-Din)". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Fitan, Bab Zhuhuri Al-Fitan 13:13].

Dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Haurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Jangka waktu akan semakin dekat, ilmu (tentang Ad-Din) akan dihilangkan, fitnah akan merajalela, penyakit kikir akan dicampakkan (dalam hati), dan peperangan akan banyak terjadi". [Shahih Muslim, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'i Al-Ilm 16 : 222-223].

Ibnu Baththal berkata : "Tanda-tanda akan datangnya kiamat yang dikandung dalam hadits ini telah kita lihat dengan jelas, yaitu ilmu tentang Ad-Din telah berkurang, kebodohan merajalela, penyakit kikir telah dicampakkan dalam hati banyak orang, fitnah merajalela, dan peperangan banyak terjadi". [Fathul Bari 13:16].

Al-Hafidz Ibnu Hajar mengomentarinya demikian : "Yang nampak, bahwa di antara tanda-tanda tersebut yang disaksikannya itu memang banyak terjadi di samping adanya keadaan yang merupakan kebalikan dari itu. Dan yang dimaksud oleh hadits tersebut ialah dominannya hal-hal itu sehingga tidak ada yang tidak demikian melainkan sangat jarang. Inilah yang ditunjuki oleh hadits dengan ungkapannya 'dihilangkan ilmu (Ad-Din)', maka yang tinggal hanyalah kebodohan. Namun hal ini tidak mencegah kemungkinan adanya segolongan ahli ilmu, karena pada waktu itu golongan tertutup di tengah-tengah masyarakat yang jahil tentang ilmu Ad-Din". [Fathul-Bari 13:16].

Dan penghapusan ilmu Ad-Din ini ialah dengan kematian para ulamanya. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (tentang Ad-Din) dengan serta merta dari hamba-hamba-Nya, tetapi Dia mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sehingga apabila tidak ada lagi orang yang alim (mengerti tentang Ad-Din), maka orang-orangpun mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil, lantas mereka ditanya, kemudian memberikan fatwa tanpa berdasarkan ilmu, sehingga mereka sendiri sesat menyesatkan (orang lain)". [Shahih Bukhari, Kitab Al-Ilm, Bab Kaifa Yuqbadhu Al-Ilm 1:94, Shahih Muslim, Kitab Al-Ilm, Bab Raf'i Al-Ilm wa Qabdhihi wa Zhuhuri Al-jahl wa Al-Fitan 16: 223-224].

Imam Nawawi berkata : "Hadits ini menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mencabut ilmu (sebagaimana yang tersebut dalam hadits-hadits di muka secara mutlak) bukanlah menghapuskannya dari dada (hati) para penghafalnya. Tetapi, yang dimaksud ialah dengan matinya para pemilik ilmu tersebut. Lantas manusia mengangkat orang-orang yang jahil untuk menghukum (menetapkan dan memutuskan hukum) dengan kejahilannya sehingga mereka sendiri sesat dan menyesatkan orang lain". [Syarah Muslim 16:223].

KETERANGAN :
Yang dimaksud dengan ilmu di sini ialah ilmu tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah, yaitu ilmu yang diwarisi dari para Nabi, karena para ulama adalah pewaris (yang mewarisi) para Nabi. Dengan lenyapnya para ulama maka lenyap pulalah ilmu (tantang Al-Qur'an dan As-Sunnah). Sunnah mati, bid'ah-bid'ah bermunculan, dan kejahilan merajalela. Adapun ilmu tentang keduniaan, maka ia semakin bertambah dan ia bukan yang dimaksud dalam hadits-hadits tersebut. Persepsi ini didasarkan pada sabda Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam :

"Artinya : Lalu mereka ditanya, lantas mereka memberi fatwa tanpa berdasarkan ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan orang lain".
Sedang kesesatan itu hanya terjadi karena kejahilannya terhadap Ad-Din (agama). Dan ulama yang sebenarnya ialah ulama yang mengamalkan (menerapkan) ilmu dan mengarahkan dan menunjukkan umat ke jalan yang lurus dan petunjuk. Karena ilmu tanpa amal itu tidak ada faedahnya, bahkan menjadi bencana bagi pemiliknya. Dan disebutkan dalam Shahih Bukhari dengan lafal:

"Artinya : Dan amal pun berkurang " [Shahih Bukhari, Kitab Al-Adab, Bab Husnil Khuluq was-Sakha' wa Maa Yukraha min Al-Bukhl 10:10; 456].

Sejarawan Islam, Imam Adz-Dzahabi, setelah menyebut segolongan ulama, beliau berkata, "Dan mereka tidak diberi ilmu melainkan hanya sedikit. Dan sekarang tidak ada yang tersisa dari ilmu-ilmu yang sedikit itu melainkan sedikit sekali yang ada pada orang yang jumlahnya sedikit. Alangakah sedikitnya orang yang mengamalkan ilmu yang sedikit itu. Semoga Allah mencukupi kita, dan Dia-lah sebaik-baik Pengurus". [Tadzkiratul-Huffazh 3: 1031].

Kalau keadaan pada zaman Imam Adz-Dzahabi saja demikian, maka bagaimana lagi dengan zaman kita sekarang ini ? Sesungguhnya semakin jauh zaman itu dari zaman kenabian maka semakin sedikitlah ilmu tentang Al-Qur'an dan As-Sunnah dan semakin banyak kebodohan. Karena, para sahabat Radhiyallahu anhum adalah orang-orang yang paling mengerti di kalangan umat ini, kemudian para tabi'ut tabi'in, dan mereka inilah sebaik-baik generasi sebagaimana disabdakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

"Artinya : Sebaik-baik manusia ialah generasiku, kemudian orang yang sesudah mereka, kemudian orang yang sesudah mereka lagi". [Shahih Muslim, Kitab Fadhail Ash-Shahabah, Bab Fadlish Shahabah Radhiyallahu anhum Tsumma Al-Ladzina Yaluunahum 16: 86].

note :
termasuk banyaknya penafsiran extrim yg salah tentang Quran yg diarahkan seakan akan untuk membunuh dll.seperti yg sering kita lihat selama ini.padahal Quran sama sekali tdk pernah mengajrkan seperti begitu, hanya banyak yg menafsirkan salah.

Islam akan hancur dan banyak yg berpaling


Ilmu tentang Ad-Din itu akan senantiasa berkurang dan kebodohan akan senantiasa bertambah, sehingga orang tidak tahu lagi apa-apa yang difardhukan oleh Islam. Hudzaifah Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, katanya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Artinya : Akan hancur Islam ini seperti hancurnya kain yang telah usang, sehingga tidak diketahui orang lagi apa itu puasa, apa itu shalat, apa itu ibadah haji, dan apa itu zakat. Dan diterbangkanlah Kitab Allah pada suatu malam, sehingga tidak ada lagi yang tinggal di bumi satu ayat pun, dan tinggallah beberapa golongan manusia laki-laki dan wanita yang telah berusia lanjut dan lemah, yang berkata. 'Kami dapati bapak-bapak kami dahulu mengucapkan kaimat ini : Laa Ilaaha Ilallah, maka kami mengucapkan kalimat ini".
Maka Shilat (salah seorang perawi hadits ini) bertanya kepada Hudzaifah, "Apa gunanya Laa ilaaha illallah kalau mereka tidak tahu lagi apa itu shalat, apa itu puasa, apa itu haji, dan apa itu zakat ? Lalu Hudzaifah berpaling tidak menjawabnya. Kemudian Shilat menanyakan lagi sampai tiga kali, dan Hudzaifah pun selalu berpaling, dan pada kali yang ketiga itulah Hudzaifah menjawab : "Wahai Shilat, kalimat Laa ilaaha illallah ini akan dapat menyelamatkannya dari api neraka". Demikian diucapkan oleh Hudzaifah sebanyak tiga kali. [Sunan Ibnu Majah, Kitab Al-Fitan, Bab Dzahabi Al-Qur'an wa Al-Ilm 2 : 1344-1345, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 4:473, dan dia berkata, "Ini adalah hadist shahih menurut syarat Muslim, hanya saja beliau berdua (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya". Dan Adz-Dzahabi menyetujui pendapat Al-Hakim. Ibnu Hajar berkata. "Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang kuat". Fathul-Bari 13:16. Dan Al-Bani berkata : "Shahih". Shahih Al-Jami' ASh-Shaghir 6:339, hadits nomor 7933].

Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu berkata. "Sungguh Al-Qur'an akan dicabut dari kalian, yaitu ia akan diterbangkan pada suatu malam, hingga ia lenyap dari hati manusia dan tidak ada lagi yang tinggal di muka bumi". [Riwayat Thabrani, dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Syaddad bin Ma'qil, dan dia adalah orang kepercayaan.Majmu'uz Zawaid 7: 329-330. Ibnu Hajar berkata. "Riwayat ini sanadnya shahih, tetapi mauquf. Fathul-Bari 13:16". Saya (Yusuf bin Abdullah) berkata. "Isi riwayat seperti ini tidak mungkin diucapkan berdasarkan pikiran semata-mata, karena itu dihukum marfu".]

Ibnu Taimiyah berkata. "Al-Qur'an akan diterbangkan pada malam hari dari mushaf-mushaf dan dari dalam hati pada akhir zaman, maka tidak ada satu pun kalimat yang tertinggal dalam dada, dan tidak ada satu huruf pun yang tertinggal dalam mushaf-mushaf". [Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 3: 198-199].

Tidak ada yg mengucap Nama Allah lagi

Dan yang lebih besar lagi dari ini ialah akan tidak disebut-sebut lagi lafal Allah di muka bumi. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits dari Anas Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga di muka bumi tidak diucapkan lagi lafal Allah". [Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Dzahaabil Iman Akhiruzzaman 2:178].

Ibnu Katsir berkata : "Terdapat dua pendapat mengenai makna hadits ini, yaitu :

[1] Maknanya, bahwa tak ada lagi orang yang mengingkari kemungkaran dan melarang orang lain melakukannya. Pengertian ini diambil dari sabda beliau : ".... sehingga tidak ada lagi diucapkan Allah, Allah". sebagaimana pula yang tertera dalam hadits Abdullah bin Amr : "Maka pada waktu itu hanya tinggal orang-orang bodoh yang tidak mengerti kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran". [Musnad Ahmad 11:181-182 dengan syarah Ahmad Syakir. Beliau berkata. "Isnadnya shahih". Mustadrak Al-Hakim 4: 435, dan beliau berkata. "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Syaikhani (Bukhari dan Muslim) apabila Al-Hasan mendengarnya dari Abdullah bin Amr". Perkataan Al-Hakim ini juga disetujui oleh Adz-Dzahabi].

[2] Sehingga lafal Allah tidak disebut lagi di muka bumi dan tidak lagi dikenal nama itu. Hal ini terjadi ketika zaman sudah rusak, nilai kemanusiaan telah hancur, kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan telah merajalela. [An-Nihayah fil fitan wal Malahin 1: 186 dengan tahqiq Dr Thaha Zain].

[Disalin dari buku Asyratus Sa'ah Fasal Tanda-tanda Kiamat Kecil oleh Ysuaf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA, edisi Indonesia Tanda-tanda Hari Kiamat, Terbitan Pustaka Mantiq. hal. 101-105 Penerjemah Drs As'ad Yasin dan Drs Zaini Munir Fadholi]
Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?acti...d=554&bagian=0

sumber :
http://www.sasak.net/blog/tags/2/?start=5

semoga saja ini bisa meredam emosi dari temen2 yg beragama islam supaya tidak perlu harus marah atau sakit hati jika melihat tanda2 yg sebenarnya berat sekali harus kita terima seperti diatas.
tapi itulah yg harus kita yakini bahwa sebentar lagi didepan mata kita, kita akan melihat kehancuran Islam seperti yg dituliskan dlm Al Quran tsb.
dan bersyukurlah kita krn kita adalah orang yg masih menyadari akan hal2 tersebut
hari ini gue mungkin masih beriman meskipun gue sendiri gak yakin jika mungkinkah nanti anak cucu gue kah yg akan mengalami nasib seperti itu ? jauh dari Islam ? bisa jadi !