Sabtu, 11 Juli 2009

Mendudukkan Kepentingan Tugas Dan Pribadi Secara Proposional. (FDP)


Mendudukkan Kepentingan Tugas Dan Pribadi Secara Proposional.

Di kirim oleh Mafat Fatih.
Di dunia ini seseorang di hadapkan pada banyak kepentingan yang menuntut, baik kepentingan ketaatan kepada Allah atau kepentingan sebaliknya. Di antara kepentingan yg ada, dapat disimpulkan menjadi dua bagian: KEPENTINGAN TUGAS dan KEPENTINGAN PRIBADI.

Kepentingan tugas, maksudnya kepentingan dimana seorang harus bertanggung jawab menjalankan ketaatan kepada Tuhannya dlm segala bentuknya. Sedangkan kepentingan pribadi merupakan kebalikannya.

Seseorang dapat memilih dan memilah mana kepentingan tugas dan mana kepentingan pribadi, sehingga dlm langkahnya dlm memperhatikan tiap2 kepentingan itu, baik dg hartanya, fikiran maupun jiwanya, semuanya bernilai ketaatan ibadah. Sebab manusia tercipta hanya untuk tujuan ini. Dengan demikian, kepentingan tugas harus diprioritaskan.

Ini bukan berarti bahwa seseorang harus selalu bertugas setiap waktu dengan mengabaikan urusan pribadi. Namun, di samping kepentingan tugas dilakukan sesuai dg puncak kemampuannya, kepentingan pribadi juga diperhatikan secara wajar.

Dalam sebuah hadits riwayat Muslim diceritakan bahwa sahabat Abu Bakar saat berjumpa dengan sahabat Handholah bin Robi' beliau bertanya : "Bagaimana keadaanmu wahai sahabatku?..." dia menjawab (dg menceritakan dirinya sendiri) : "Handholah takut dihinggapi nifaq" "kenapa begitu?.." Handholah menjawab : "Karena ketika kami bersanding bersama Rasulullah (mengaji dan bergaul), kami ingat akan surga dan neraka seakan2 didepan mata, tetapi manakala kami jauh dari beliau, kami lupa segalanya, kami hanya ingat urusan istri, anak dan profesi.

Abu Bakar berkata : "Bila demikian halnya, maka demi Allah aku juga melakukan seperti itu," . lalu keduanya menghadap Rosulullah menuturkan problemnya. Baginda nabi saw. lalu bersabdah : " Bila keadaan kalian bisa sama persis dengan saat bersanding bersamaku ( stabil ), maka malaikat akan memulyakan kamu.

Agar tugas ketaatan senantiasa dlm derajat normal (stabil), tidak menjadi kendor, dan semangat tugas tidak kalah dengan semangat pribadi, maka diperlukan ikhtiar serius.

Untuk terciptanya kondisi yg bagus, yaitu dg cara :
1. BELAJAR ILMU/mengaji, untuk untuk menambah keilmuan, keimanan, pengalaman dan pengamalan. Belajar itu ibarat santapan yg setiap hari dibutuhkan untuk menjaga stamina agar tidak loyo. Belajar, bertujuan memberi motivasi dan inspirasi agar selalu semangat dlm menseriusi kepentingan tugas.
2. Selain BELAJAR, seorang juga harus mempunyai Guru dg syarat2 tertentu yg bisa mengarahkan diri menuju keselamatan dunia akhirat. kebutuhan diri akan seorang Guru, bagaikan kebutuhan sebuah organisasi akan pemimpin, negara akan Presiden dan ayam akan Induknya. Para sahabat menjadikan baginda nabi saw. sebagai Guru besarnya. ketika baginda nabi saw. wafat mereka merasakan betul betapa pentingnya keberadaan seorang Guru.
=====================================

Komentar
========

Dianah Suffy berkata : Pengen tau lebih luas ttg kepentingan tugas.
Apakah cuma sebatas itu ataukah lebih luas lagi?
Bagi yang punya wawasan lebih ttg hal tersebut, tolong kasih arahan. (to all).
______________________________________________________

Fabaks Abdullah berkata : Sabda Rasulullah SAW : terkadang aku kagum terhadap diri seorang mukmin melebihi keKagumanku terhadap apa pun juga di dunia ini ; apa2nya bisa dijadikan sbg IBADAH : tidurnya, berdirinya, tindakannya, kerjanya hingga snyumnya ato bahkan apa pun bisa di kategorikan sebagai IBADAH dan bekal menuju AKHIRAT asal saja diniatkan semata-mata ihlas karena-Nya, ..

demikianlah sehingga kita pun di tuntut untuk senantiasa menyiasati diri menyangkut waktu & kesempatan yg kita punya, yang penting disini kita tidak boleh menyia-nyiakannya sedikit pun, .. yo semangaattt , .. jngan sampe terlena sedikit pun, ..

ingat lah juga sabda Nabi SAW : Waktu adalah seperti pedang, siapa yang tidak menggunakannya dengan baik maka ia pun akan membunuhnya, ..

Nabi SAW bersabda : barang siapa yang hari ini tidak sebaik hari yang lalu maka ia terbilang rugi, ..

cahyooo, .. I luv U all, ..
_________________

Safin Halid berkata : Maaf saya belum bisa kasih komentar nih.
Izinkan saya mau belajar dulu melalui komunitas ini.
Baik apa itu tugas ataupun pribadi.
Terimakasih.
__________

Deni Iskandar Priatna berkata : proposional atau profesional..
adalah hal yang sedikit berbeda..adalah tugas dengan mengandalkan keahlian kita ataupun tentang kewajiban kita kepada orang lain yang diberikan..kepada kita adalah kepentingan tugas yang harus dijalankan dengan secara profesional..dan ketika dalam diri kita memiliki kebutuhan/kepentingan maka jangan pernah mengabaikan kepentingan pribadi kita.. karena kita mengukur dari yang " ter kecil menju masyarakat yang lebih luas"..
contoh..
ketika kita sakit sedangkan tugas memanggil.. maka yang di dahulukan adalah kepentingan kita untuk berobat dan untuk sembuh dari sakit baru bisa menjalankan tugas...
kayaknya begitu deh..arahnya..bukanya kita mementingakan diri sendiri ataupun yang disangkakan..itulah sifat proposional sejati...tapi pada prakteknya tidak seperti demikian..akan ada timbul tenggelamnya baik kepentingan pribadi ataupun kepentingan tugas..kalo yang dinamakan tugas itukan adayana suatu imbalan..."KALO KITA LEBIH TAKUT PADA TUGAS" Dari pada diri sendiri maka kita mementingakan tugas karena adanya imbalan tersebut..karena makna tugas adalah suatu kewajiban pekerjaan yang di embankan oleh orang lain/kelompok/birokrasi kepada kita..untuk menjalankanya..kalo kepentingan pribadi adalah kita sebagai mahluk sosial yang paling primer... gitu aja cui..infonya.
_______________________________________

Safin Halid berkata : Setelah saya simpulkan mengenai makalah diatas, kayanya bangun di saat subuh itu termasuk "KEPENTINGAN TUGAS" deh, ditilik dr banyaknya manfaath dlm koridor ibadah.

Cz, Keilmuan modern telah mengukuhkan tentang keberadaan gas O3 (ozon), yang mengandung prosentase oksigen yang tinggi dan dapat mencapai puncak reaksinya pada waktu shalat Subuh, lalu berkurang secara bertahap hingga terbit matahari.

Sebenarnya, fakta ini tidak membutuhkan suatu penemuan ataupun pengokohan, karena Anda sendiri bisa mudah mengamati kebersihan dan kesegaran udara pada waktu shalat Subuh dibandingkan dengan waktu siang hari.

Udara pada waktu Subuh masih bersih dan belum tercemari kebersihan dan kesegarannya dengan apapun. Udara ini dapat menyegarkan hati, menguatkan paru-paru, memperbarui sel-sel yang mati, menyuplai tubuh dengan oksigen, mengeluarkan karbon dioksida, membersihkan darah dari kotoran-kotoran, memperbaiki kinerja organ-organ tubuh, merenggangkan urat-urat syaraf, menyembuhkan berbagai penyakit syaraf, rheumatik, dan asma.

Berkenaan dengan gas ozon, para ilmuan di Jerman Barat yang ahli dalam analisa-analisa kedokteran, telah sampai pada kesimpulan-kasimpulan penting seputar penggunaan gas ozon dan pemanfaatnnya dalam pengobatan berbagai pembengkakan dan kanker ganas serta meringankan rasa sakit berbagai penyakit yang akut lainnya.
__________________________________________

Catatan SBB.

Ibnu Umar Radhiallahu anhu berka :

لاَ يَبْلُغُ العَبْدُ حَقِيْقَةَ التَّقْوَى حَتَّى يَدَعُ مَا حَاكَ فِي الصَّدْرِ
"Seorang hamba tak akan menggapai hakikat takwa sampai ia meninggalkan apa yang ia ragu dalam hati".

Jauh dari rasa taqwa seperti sikap dan pendirian kaum orientalis sebagaiana halnya kesimpulan tentang "GUGATAN TERHADAP HADITS" bagian 3 yg ditulis oleh
Dr Syamsuddin Arif sebagai berikut : "Dari sudut epistemologis, secara umum dapat dikatakan bahwa sikap orientalis dari awal hingga akhir penelitiannya adalah skeptis. Mereka mulai dari keraguan dan berakhir dengan keraguan pula. Meragukan kebenaran dan membenarkan keraguan.

Akibatnya, meskipun bukti-bukti yang ditemukan menegasikan hipotesanya, tetap saja mereka akan menolaknya, karena sesungguhnya yang mereka cari bukan kebenaran, akan tetapi pembenaran. Apa yang membenarkan praduga yang dikehendaki itulah yang dicari dan, jika perlu, diada-adakan. Sebaliknya, apa-apa yang tidak sesuai dengan presuposisi dan misi yang ingin dicapainya akan dimentahkan dan dimuntahkan.

Seperti diungkapkan oleh Herbert Berg: “the results of their work is dictated by their presuppositions” dan “the data are made to fit the theory.” Konsekuensi lainnya dari pendekatan skeptis ini adalah terjebak dalam lingkaran setan. Sebagaimana dijelaskan diatas, mereka akan berputar-putar dalam lingkaran keraguan tanpa berhasil keluar dari sana.

Jadi pada Kesimpulannya

Serangan orientalis terhadap hadits dilancarkan secara bertahap, terencana dan bersama-sama. Ada yang menyerang matannya (Sprenger, Muir, Goldziher), ada yang menyerang isnādnya (Horovitz, Schacht, Juynboll). Serangan mereka diarahkan ke semua kategori: sebagian menyerang hadits sejarah yang berhubungan dengan sīrah (Kister, Schöller, Motzki), sebagian lagi menggugat hadits hukum atau fiqh (Schacht, Powers, Calder), sebagian yang lain menohok hadits tafsīr (Wansbrough, Rippin, Gilliot).

Meskipun tidak semuanya dapat dikupas dalam makalah ringkas ini, ada satu hal yang dapat kita simpulkan dari ulasan sekilas diatas. Bahwasanya tulisan-tulisan orientalis mengenai Islam dan segala sumber serta aspek-aspeknya harus diwaspadai dan dibaca secara kritis, tidak boleh diterima apa adanya dan ditelan begitu saja.

Sebab, apa yang mereka kemukakan menyerupai virus penyakit pemikiran. Mereka yang antibodinya kurang dan lemah, pasti akan mudah terjangkit dan terserang kanker keraguan dan kekufuran. Benarlah firman Allah SWT dalam al-Qur’an: “wa lā yazālūna yuqātilūnakum hattā yaruddūkum ‛an dīnikum in istathā‛ū” (2:217).

Semoga Allah memperlihatkan kepada kita kebenaran sebagai kebenaran dan menuntun kita kepadanya, karena sesungguhnya Dia menunjukkan dan membiarkan tersesat siapa saja yang dikehendaki-Nya."